Musik indie menjelma menjadi sebuah gaya hidup tersendiri di kalangan anak muda. Bahkan bisa dikatakn, musik indie sudah menjadi kebutuhan untuk meluapkan ekspresi bermusik. Sebagai imbasnya, mereka berlomba-lomba untuk unjuk gigi dan berkreasi untuk ambil bagian.
Adalah suatu kebanggaan tersendiri ketika anak-anak muda bisa tampil berkarya di jalur musik indie. Lantaran sudah menjadi gaya hidup, tak ayal bermunculan musik indie dengan berbagai genre musik yang tak bisa untuk didengarkan. Kondisi ini, juga dijumpai di kota SOLO yang mulai diakui sebagai barometer musik nasional. Sudah menjadi rahasia umum perkembangan musik indie di kota Solo agak tertinggal dari tetangganya. Bisa dibuktikan, beberapa musik indie Jogja yang sukses membuat albumdi bawah major label. Keuksesan ini memang logis, lantaran ruang untuk musik indie di kota Gudeg ini begitu luas dengan beragam komunitasnya.
Max Baihaqi salah satu pengamat musik di kota Solo mengakui perkemangan musik indie di Solo agak tertinggal dengan Jogja. Meski secara kualitas cukup banyak dari sisi lain masih kalah.
"Potensi musik indie d Solo sebenarnya tidak jauh dibandingkan dengan Jogja. Tetapi, band indie di kota Solo kurang dalam managemennya. Kadang band indie Solo kurang memperhatikan managemen keluarnya. Dalam arti, kurang membangun jaringan dan melobi pihak luar. Padahal dalam jalur indie yang dipentingkan tentu saja jaringannta," tutur Max Baihaqi. Tak jauh berbeda dengan Max Baihaqi, salah satu grup indie Movie Band mengakui perkembangan musik indie di kota Solo masih kalah. Grup band yang pernah menjadi pembuka dalam konser musik Alexa ini menilai hal ini lebih dikarenakan ruang berekspresi.
" Jujur, kami mengalami kesulitan untuk menjual band kami karena kurangnya ruang untuk berekspresi. Padahal ruang ini penting untuk mengukur seberapa jauh kami diterima oleh publik. Apalagi beberapa tahun belakangan, ruangnya sangat terbatas. Memang dulu, sekitar tahun 2005-an banyak yang bisa dimanfaatkan seperti radio, " ujar Daksa gitaris Movie Band. Ini pun diakui oleh Olivia Hapsari salah satu penikmatband indie. "ya, memang musik indie di Solo kurang ruang ekspresi yang representatif yang memungkinkan musik indie bisa di terima oleh publik," kata dia.
Visi
Max Baihaqi menilai memang tak bisa disangkal membuat musik indie untuk berkembang gampang-gampang susah. Karen bukan berarti musik indie berada di jalur indiependen kemudian asal-asalan baik dari segi kualitas dan managemen.
:Beberapa grup band indie terbentuk tidak memiliki konsep dan visi yang jelas. Mereka hanya asal tampil dengan melupkan ekspresi musiknya lebih dikarenakan sisi emosinya. Misal karena hanya trend alias ikut-ikutan atau karena emosi dendam dikeluarkan dari grup band asalnya,' urai Max Baihaqi.
Meski demikian, lanjut max, Solo memiliki potensi yang tak kalah bagusnya. Semangat untuk majunyabesar. Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa musik indie pun harus memiliki konsep bermusik yang jelas dan bukan sebatas euphoria. Justru hal inilah yang akan menjadikan musik indie berbeda dengan genre musik lain.
Daksa dari grup band movie mengakui memang gampang-gampang susah untuk tetap bertahan di jalur musik indie. Justru di Solo tantangan untuk tetap bertahan semakin besar. Meski demikian, kami tetap akan berkarya dan tetap eksis. (Ruben Kriuk Kriuk)
Minggu, 18 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar